Sabtu, Mei 07, 2016

Ngalalakon Asal Mula Kampung Papandak Wanaraja Garut

Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Sampurasun.

Punten, sakeudik ngiringan nyutat kana sajarah salah sahiji kampung nu kasohor jaman baheula jadi salah sahiji kampung nu jadi sumber adat budaya di kota Garut, Nyaeta Kampung Papandak nu aya aya di Desa Sukamenak Kecamatan Wanaraja Kabupaten Garut.

Kampung Papandak yang ada di Kecamatan Wanaraja Kab Garut, adalah salah satu kampung/daerah yang saat ini gencar disebut dengan kampung yang hilang. Dikarenakan kampung tersebut konon katanya terdapat beberapa kebudayaan adat ciri khas daerah, kalau sekarang yang masih ada seperti kampung Naga Tasikmalaya. Namun sayang, saat sekarang sedikit sumber yang bisa ditelusuri tentang sejarah papandak tersebut, terutama sumber yang ada di kampung papandak tersebut.
Nini Emih salah satunya, saat ini satu-satunya orang yang paling lama tinggal di Papandak atau orang tertua di kampung Papandak ini, menurutnya usianya kurang lebih 100 tahun. Penelusuran dimulai dirumahnya yang ada di RT 01 RW 07.
Emih sapaan akrabnya, menuturkan awal mula keberadaan Papandak. “ Jakarta Tingal Ngarana, Bandung tingal antukna, Garut tingal urutna, Wanaraja tingal ngarana tapi te aya Rajanamah, Tegal gede tempat pangperangan, Wanaseda tingal sela, Bayubud tingal suhuna, Dangdeur laleeur, Desa tempat pamentasan, Nagrog tempat musuh naragog, Pasir anjing didinya anjing ngagogog ka musuh, Papandak didinya seeur nu kapenak, Cicapar nyaeta cupat tempat peparangan.” Kata emih di awal pembicaraan.
Papandak itu dulu bernama “lemur gede”, dinamakan Papandak karena pada jaman itu di lemur gede tersebut banyak orang yang ditemukan ( bahasa Sunda : Kapendak), dan nama itu diberikan oleh musuh (Penjajah).
Emih menyebutkan bahwa tipe rumah papandak jaman dulu disebutna Julang Ngapak atawa Cagak gunting Julang Ngapak, dan rumah itu dimiliki oleh orang kaya, Emih menyebutkan salah satunya yaitu Mang Madri, Mok Haji Jerot, H. Ehot. M. Mustofa, H. Rohmah, H. Siem. Saat itu Pemerintah melarang mendirikan rumah “ Di Lolopongkeun” katanya.
Kampung Papandak mengalami musibah kebakaran sebanyak 3 kali, Yang pertama dan yang kedua kebakaran oleh musuh, dan kebakaran yang ketiga terjadi karena kejadian yang tidak disengaja, dan kebakaran itulah yang menyebabkan rumah cagak gunting punah dan sejak itu pula warga kampung Papandak mendirikan rumahnya dengan lebih modern dengan beratapkan genting bukan lagi alang-alang atau semisalnya.
Aneh tapi nyata pada waktu kebakaran terjadi hanya satu rumah yang tidak ikut terbakar, dan rumah itu adalah rumah karuhun Papandak, rumah mang Madri ( Karuhun Papandak ).
Kebiasaan Papandak:
Dulu kaum perempuan di papandak tidak boleh memakai kerudung, alasannya karena perempuan yang memakai kerudung  disebut SI ( Serikat Islam ), tetapi Emih adalah salah satu perempuan yang suka menggunakan kerudung, beliau beserta yang lainnya seperti Ma Ijoh, Siti, Sutihat, Siti ( Istri Bapak Suraeji), Kang Mahmud, Suraeji, Hadimi, Baci dan yang lainnya suka mencari ilmu ( Ngaji ) ke Ama ( Ama Bistomi ) yang ada Mualabaru.

Salah satu pepatahnya :
Supa Lumut dina Batu
Saeran Dina kiteja
Ari Umur Teu tangtu
Pangeran tara bebeja

Ari Cacing awi
Dina sumur kasaatan
Beurang deui Peuting deui
Tetela umur ngorotan

Ninyuh ubar ku cipati
Dituruban piring gelas
Ulah nyaah ku rejeki
Ku Alloh dipika welas.






 bangunan papandak dahulu, sekarang dibuat miniaturnya di bangunan Pesantren Al-kautsar. Dan inilah wajah papandak sekarang!






sekian tulisan ini dibuat semoga menjadi bahan tambahan pengetahuan, khususnya tentang papandak. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar