Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Sampurasun.
Punten, sakeudik ngiringan nyutat kana sajarah salah sahiji kampung nu kasohor jaman baheula jadi salah sahiji kampung nu jadi sumber adat budaya di kota Garut, Nyaeta Kampung Papandak nu aya aya di Desa Sukamenak Kecamatan Wanaraja Kabupaten Garut.
Kampung Papandak
yang ada di Kecamatan Wanaraja Kab Garut, adalah salah satu kampung/daerah yang
saat ini gencar disebut dengan kampung yang hilang. Dikarenakan kampung
tersebut konon katanya terdapat beberapa kebudayaan adat ciri khas daerah,
kalau sekarang yang masih ada seperti kampung Naga Tasikmalaya. Namun sayang,
saat sekarang sedikit sumber yang bisa ditelusuri tentang sejarah papandak
tersebut, terutama sumber yang ada di kampung papandak tersebut.
Nini Emih salah
satunya, saat ini satu-satunya orang yang paling lama tinggal di Papandak atau
orang tertua di kampung Papandak ini, menurutnya usianya kurang lebih 100
tahun. Penelusuran dimulai dirumahnya yang ada di RT 01 RW 07.
Emih sapaan
akrabnya, menuturkan awal mula keberadaan Papandak. “ Jakarta Tingal Ngarana,
Bandung tingal antukna, Garut tingal urutna, Wanaraja tingal ngarana tapi te
aya Rajanamah, Tegal gede tempat pangperangan, Wanaseda tingal sela, Bayubud
tingal suhuna, Dangdeur laleeur, Desa tempat pamentasan, Nagrog tempat musuh
naragog, Pasir anjing didinya anjing ngagogog ka musuh, Papandak didinya seeur
nu kapenak, Cicapar nyaeta cupat tempat peparangan.” Kata emih di awal
pembicaraan.
Papandak itu dulu
bernama “lemur gede”, dinamakan Papandak karena pada jaman itu di lemur gede
tersebut banyak orang yang ditemukan ( bahasa Sunda : Kapendak), dan nama itu
diberikan oleh musuh (Penjajah).
Emih menyebutkan
bahwa tipe rumah papandak jaman dulu disebutna Julang Ngapak atawa Cagak
gunting Julang Ngapak, dan rumah itu dimiliki oleh orang kaya, Emih menyebutkan
salah satunya yaitu Mang Madri, Mok Haji Jerot, H. Ehot. M. Mustofa, H. Rohmah,
H. Siem. Saat itu Pemerintah melarang mendirikan rumah “ Di Lolopongkeun”
katanya.
Kampung Papandak
mengalami musibah kebakaran sebanyak 3 kali, Yang pertama dan yang kedua
kebakaran oleh musuh, dan kebakaran yang ketiga terjadi karena kejadian yang
tidak disengaja, dan kebakaran itulah yang menyebabkan rumah cagak gunting
punah dan sejak itu pula warga kampung Papandak mendirikan rumahnya dengan
lebih modern dengan beratapkan genting bukan lagi alang-alang atau semisalnya.
Aneh tapi nyata
pada waktu kebakaran terjadi hanya satu rumah yang tidak ikut terbakar, dan
rumah itu adalah rumah karuhun Papandak, rumah mang Madri ( Karuhun Papandak ).
Kebiasaan Papandak:
Dulu kaum perempuan
di papandak tidak boleh memakai kerudung, alasannya karena perempuan yang
memakai kerudung disebut SI ( Serikat
Islam ), tetapi Emih adalah salah satu perempuan yang suka menggunakan
kerudung, beliau beserta yang lainnya seperti Ma Ijoh, Siti, Sutihat, Siti (
Istri Bapak Suraeji), Kang Mahmud, Suraeji, Hadimi, Baci dan yang lainnya suka
mencari ilmu ( Ngaji ) ke Ama ( Ama Bistomi ) yang ada Mualabaru.
Salah satu
pepatahnya :
Supa Lumut dina Batu
Saeran Dina kiteja
Ari Umur Teu tangtu
Pangeran tara bebeja
Ari Cacing awi
Dina sumur kasaatan
Beurang deui Peuting deui
Tetela umur ngorotan
Ninyuh ubar ku cipati
Dituruban piring gelas
Ulah nyaah ku rejeki
Ku Alloh dipika welas.
bangunan papandak dahulu, sekarang dibuat miniaturnya di bangunan Pesantren Al-kautsar. Dan inilah wajah papandak sekarang!
sekian tulisan ini dibuat semoga menjadi bahan tambahan pengetahuan, khususnya tentang papandak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar