MENCACI, MENCELA DAN MENGEJEK ORANG-ORANG YANG BERIMAN
Manusia adalah makhluk Allah yang sangat sempurna. Tetapi kesempurnaan itu dianggap berbeda olah makhluk Allah sendiri, ada orang yang menganggap dan memandang bahwa dirinyalah yang paling sempurna, saya cantik, saya ganteng, saya kaya, saya pintar, saya bisa ini, bisa itu misalnya. Padahal di sisi Allah semua manusia tak terkecuali semuanya sempurna. Tidak kaya, tidak miskin, tidak ini dan tidak itu, semuanya SEMPURNA.
Kesombongan yang timbul pada hati kita secara otomatis akan berimbas pada hati kita dan terwujud pada mulut lisan kita dengan menyebut orang lain lebih rendah dan kita yang paling sempurna. Ketika kita melihat orang yang mengalami kekurangan fisik, timul dalam hati saya lebih baik dri orang tersebut, bahkan menertawakan. Naudzubillah. Padahal tidak ada satupun ciptaan Allah itu yang gagal, semua sempurna, sempurna, dan sempurna. Dibalik kekurangannya terdapat keistimewaan yang maha luar biasa, dengan kata lain dalam diri kita ada yang lebih dan pasti ada yang kurang, pasti!
“ Hai Orang-orang yang beriman janganah suatu kaum mengolok-ngolok kaum yang lain (karena) bolej jadi mereka(yang diolok-olok) lebih baik dari mereka yang (mengolok-ngolok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-ngolok) wanita-wanita lain(karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olok) lebih baik dari wanita(yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim…” (Al-Hujurat : 11).
Sebagai salah bukti rahman rahimnya Allah, dalam ayat diatas ada peringatan bagi kita, bahwa sesungguhnya merendahkan, mencela, memaki orang lain itu adalah haram. Karena belum tentu orang yang kita olok-olok, orang yang kita caci, orang yang kita maki itu lebih rendah dari kita, melainkan kita itu lebih rendah dari orang yang kita olok.
Yakinilah Allah maha Mengetahui isi hati kita, Allah Maha Mengetahui satu patah kata yang terucap oleh mulut kita, dan Allah Maha mengetahui Maksud dari ucapa Kita. Dan Allah Maha mengetahui siapa yang Shaleh dan siapa yang salah. Pepetah mengatakan “sedalam-dalamnya lautan masih bisa diselami, tetapi hati tak ada yang bisa menembus dan mengetahuinya selain Allah Yang Maha Menguasai isi hati Kita disbanding kita sendiri.
Abu Hurairah r.a meriwayatkan bahwa Rasululloh saw bersabda yang artinya “ Janganlah kalian mencaci para sahabatku. Demi Dzat yang jiwaku ada ditangannya, seandainya salah seorang dari kalian mengeluarkan infak emas sebesar gunung Uhud, niscaya tidak akan setara dengan satu Mudd amalan mereka, bahkan tidak sampai setengah mudd.
• 1 mudd = kurang lebih ons.
An-nawawi berkata “Ketahuilah bahwa mencaci sahabat Rasul adalah keharaman yang paling keji, baik celaan itu ditujukan kepada sahabat yang ikut dalam peperangan maupun yang tidak. Mereka yang terlibat pertempuran pada saat itu adalah mujtahid, yang melakukan sesuatu berdasarkan alasan yang dapat diterima”.
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita mendengar dengan jelas seorang anak memanggil temannya dengan sebutan yang tak pantas. Tetapi karena pendidikan itu dimulai dari yang kecil maka sampai besarpun orang tersebut senantiasa memanggil saudara-saudaranya dengan sebutan yang tak pantas.
Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwa Rasululloh saw bersabda:
“ Dua orang yang saling mencaci, apa yang mereka berdua katakana menjadi tanggung jawab orang yang memulai, selagi yang dicaci tidak melampaui batas (dalam membalas). ( Abu Daud IV/274).
Sebagai contoh jika A mencela B, kemudian B balas mencela A. Maka dosa kedua orang yang saling mencela ini menjadi tanggungan si A; dengan syarat ketika balas mencela, B tidak melampui batas. B tidak membalas celaan dengan celaan yang lebih buruk dan keji aripada celaan yang dilontarkan A. Tetapi bila B membalas celaan A dengan kelebihan nilai buruk dan keji tersebut sebagai sebuah dosa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar