Semoga Allah yang Maha sempurna memberikan kita kekuatan untuk menahan nafsu yang harus kita kendalikan bukan untuk diumbar sembarangan. Dalam kitab Al-hikam disebutkan
”pokok dari semua maksiat dan kelalaian serta sahwat karena ingin memuaskan hawa nafsu sedangkan pokok dari ketaatan, keadasarn dan kesopanan akhlak dan karena ada pengekangan hawa nafsu.
Al-Junaedi berkata”Jangan mempercayai hawa nafsumu meskipun sudah lama taat kepadamu untuk berbuata ibadah kepada Rabb-mu”.
Pangkal semua maksiat karena kita tidak mengendalikan hawa nafsu kita, semua penyakit kejelekan akan ikut, dan sebaliknya pangkal kebaikan karena kita mampu mengendalikan nafsu kita, nafsu menajdi ciri bahwa kita mansuia sempurna. Nafsu ibarat kuda bila beisa mengendalikan maka kita bisa sampai pada tjuan dan sebaliknya jika kuda tidka bisa dikendalikan malah kita terjatuh dan celaka.
Gunakan nafsu dijalan Allah sehingga menjadi pahala, nafsu sahwat kita gunakan untuk ibadah jangan sampai karena untuk mendapatkan kenikmatan sahwat yangs ediikit kita diranjam. Jika nafsu terkendali semua menjadi enak. Tapi jika nafsu tak terkendali semua jadi celaka. Contoh jika kita bisa menahan amarah maka bisa terangkat harkat kita, Tapi bila amarah tidak bisa terkendali maka semua semua hancur dan harkat jatuh, wajah rusak, tutur kata pedas melukai, tangan memukul, menghancurkan, bahkan emmbunuh.Dengan amarah orang bisa trebunuh. Semua ditendang. Maka orang yang tidak bisa mengendalikan amarah orang yang berksedudukantinggi jatuh, anak dibesarkan kabur akrena amarah Orang tua, seorang pemimpin dikantor akan tegang karena ada amarah.
Cara menahan Amarah:
Kita diciptakan oleh Allah berikut dilegkapi dengan amarah, Untuk menahan amarah langkah-langkah sebagai berikut
kita harus memikirkan akibat keburukan dari Amarah seperti
Hidup tidak tenang
Akan cenderung dzalim, menganiaya
Kesehatan terganggu, metabolisme tubuh repot
Merusak silaturahmi, karena orang tidak suka gabung sama orang pemarah
Wibawa akan jatuh
Jangan bereaksi, jangan memulai marah ” seperti teori bola salju” keluarla dari situasi yang akan menimbulkan marah,
Pergi jauhi lingkungan itu
Pergi wudlu
Tenang dan beristigfar
Raba perasaan orang yang akan dimarahi.
Sibukan diri dengan sesuatu yang bermanfaat.
Sahwat adalah anugerah semua mahluk Allah termasuk binatang punya nafsu sahwat, untuk menahan nafsu sahwat bisa dikendalikan / dibarengi dengan shaum, menyibukan diri dengan dzikir, Kembali pada keagungan dan kebesaran bahwa Allah memberikan sahwat ini adalah sebagai nikmat yang harus disyukuri dan dijadikan ibadah.
Tidak setiap keinginan harus kita penuhi, ingin membeli barang tahan apakah barang ini bermanfaat, perlukan saya membeli ini itu, Apakah barang ini harus dibeli sekarang, tahan. Keinginan ini bagaikan minum air laut, sekali minum langsung makin haus dan makin banyak minum makin haus. Tidak setiap keinginan tidak harus selalu kita penuhi tanyakan apakah keinginan ini dijalan Allah atau Ngak???/ tanya.
”Dan sekiranya engkau berkawan seorang bodoh yang tidak menurutkan hawa nafsunya mampu lebih baik daripada berkawan dengn seorang Alim yangs elalu menuruti hawa nafsunya itu, Maka ilmu apakah yang dapat digelarkan bagi seorang alim yang selalu menuruti hawa nafsunya itu , sebaliknyadana keboohan apakah yang haru sidgelarkan bagi seorng yang sudah da[at menahan hawa nafsunya.”
Orang yang berilmu tapi tidak mampu mengendalikan dirinya tidak bisa disebutkan berilmu, Jadi orang Pintar itu bukan diukur dari banyak ilmu, tapi diukur dari bagaimana dia bisa mengendalikan diri/kearifan pribadi.
” Dalam pandangan Allah dunia ini lebih Hina daripada para sahabat memandang hina bangkai kambing ini”. Dunia yang hina adalah dunia yang membuat lalai kepada Allah, solat diabaikan, ibadah ditinggalkan itu yang menjadi dunia hina. Sibuk dengan dunia, pedagang yang jujur dalam mencari harta, pembisnis yang menjadikan kegiatan dunia ini semakin cinta kepada Allah itu bukan kepuasan duniawi.
Tapi bagaimana kita bisa mendekat Allah bila hati ini terbelenggu hawa nafsu qita. Allah menciptakan Nafsu bukan untuk membelenggu kita, misalnya nafsu makanan/lapar. Taklukan lapar ini dengan shaum dan bukan untuk memikirkan bagaimana kita bisa makan makanan yang enak, yang mahal sehingga habis waktu untuk memuashakn nafsu makan yang enak. Orang yang tidak terbelnggu dengan amakanan, dia makan bukan karena perut tapi dilakukan dengan tafakur dan syukur bagaimna ia bisa mengahdapi nasi, dia ingat masih banyak kepada orang yang belum makan yang sulit untuk menemukan nasi.s
Tidak ada komentar:
Posting Komentar